Peringati Hari AIDS Sedunia, Kadinkes Jatim : HIV/AIDS Bisa Dicegah Dan Diobati, Segera Skrining Ke Faskes Terdekat, GRATIS!

2023-12-14 15:13:01 || Sudah dibaca sebanyak : 3110X Setiap tanggal 1 Desember, kita peringati sebagai Hari Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Sedunia. Tahun ini mengangkat tema global “Let communities lead” yang bermakna dunia dapat mengakhiri AIDS, dengan komunitas yang memimpin. Tema Nasional: Bergerak bersama komunitas, Akhiri AIDS 2030. Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 12 Tahun 2018 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang oleh berbagai macam penyakit. Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr. Erwin Astha Triyono, dr., Sp.PD., KPTI. menjelaskan bahwa berdasarkan data dari aplikasi Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur per tanggal 23 November 2023, estimasi ODHIV di Jawa Timur Tahun 2023 sebanyak 65.238 orang, sedangkan ODHIV yang berhasil ditemukan mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 2023 sebanyak 97.431 orang. Jumlah penemuan tersebut melebihi dari estimasi ODHIV di Jawa Timur Tahun 2023. Sedangkan, penemuan ODHIV baru mulai Januari s/d November 2023 adalah sebesar 9.409 orang. “Pada prinsipnya, penularan HIV itu sulit. Hanya dua yang paling mungkin berisiko untuk tertular, yaitu dari hubungan seks berisiko dan penggunaan narkoba suntik. Selama masyarakat tidak menggunakan narkoba suntik bersama-sama dengan yang lain atau tidak melakukan hubungan seks berisiko, kemungkinan besar tidak akan tertular.” jelas Dr. Erwin Ia melanjutkan bahwa masyarakat masih menganggap HIV tidak ada obatnya, padahal pemerintah sudah mengalokasikan anggaran yang sedemikian besar untuk membantu pengobatan penyakit HIV dengan Anti Retroviral (ARV). “Terapi HIV dengan ARV ini sangat menjanjikan, karena target pemerintah sendiri dalam 6 bulan pertama, 95% virusnya sudah harus tidak terdeteksi. Jika sudah tidak terdeteksi, maka diharapkan kekebalan tubuhnya akan bangkit dengan sendirinya. Kalau kekebalan bangkit, maka diharapkan pasien HIV akan kembali pulih menjadi manusia normal seperti biasa dari sisi imunitasnya, namun tetap harus mengonsumsi ARV.” terang dr. Erwin Seperti halnya penyakit kronis lainnya, baik diabetes maupun hipertensi, maka untuk mengendalikan penyakitnya, penderita diabetes maupun hipertensi harus mengonsumsi obat secara rutin sepanjang hidupnya. Begitu pula dengan ODHIV, walaupun virusnya sudah bisa dikendalikan, ARV harus tetap dikonsumsi sampai sepanjang hidupnya. “Namun, jangan dibayangkan sepanjang hidup harus minum obat, tetapi hanya cukup meluangkan waktu 5 menit setiap harinya untuk mengonsumsi ARV, imunitas ODHIV bisa terjaga dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Jadi, penyakit HIV tidak ada bedanya dengan penyakit kronis lainnya, pemenangnya adalah siapa yang mau berobat.” tegas Dr. Erwin Oleh karena itu, Dr. Erwin berpesan, bagi masyarakat yang memiliki resiko tertular agar segera mengakses layanan kesehatan untuk diperiksa dan diobati. Tatalaksana ini sudah ada di hampir semua fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, baik itu di faskes tingkat 1, tingkat 2 maupun tingkat 3. Sehingga sebetulnya tidak ada alasan bagi masyarakat yang memiliki resiko untuk tidak segera memeriksakan diri dan diobati. Selain itu, program-program skrining, misalkan pada ibu hamil juga menjadi isu penting karena kita tahu bahwa menuju Indonesia Emas Tahun 2045, kita semua ingin mendapatkan generasi-generasi yang sehat. Untuk mendapatkan generasi yang sehat, maka mulai saat ini program pemerintah mendorong untuk melakukan skrining pada ibu hamil, skrining tidak hanya HIV, namun juga hepatitis B dan sifilis. “Dengan skrining, diharapkan bila ibu hamil itu ternyata negatif atau sehat, maka kita bersyukur. Layanan Antenatal Care (ANC) akan tetap kita berikan yang terbaik untuk ibu-ibu yang sehat. Tetapi bila pada saat skrining, ibu hamil itu positif HIV-nya, maka segera kita berikan ANC yang terbaik juga, tentunya ditambah dengan pemberian ARV bagi ibu hamil yang HIV positif. Pemberian ARV pada ibu hamil sangat menjanjikan karena begitu diberikan pada ibu hamil yang umur kehamilannya kurang dari minggu ke-14 maka diharapkan penularan ke bayinya kurang dari 2%.” ungkap Dr. Erwin Pada Peringatan Hari AIDS ini, diharapkan tidak hanya seremonial saja, tetapi berusaha mengubah paradigma di masyarakat bahwa penyakit HIV adalah penyakit kronis yang bisa dicegah dan diobati. Kita mengharapkan pemahaman masyarakat yang jauh lebih objektif, tidak dipengaruhi oleh informasi-informasi yang bias atau tidak bisa dipertanggungjawabkan. “Apabila sebuah institusi, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun institusi swasta menemui karyawan atau pegawainya positif HIV, maka diharapkan untuk tidak menstigma dan mendiskriminasi mereka. Mereka tetap harus diberdayakan dan disetting untuk hidup normal, kerja seperti biasa dan sebagainya, namun harus tetap dibantu dan diberikan akses untuk berobat sehingga mereka bisa bekerja seperti biasa.” pesan Dr. Erwin Target dari Peringatan Hari AIDS Sedunia ini adalah Eliminasi HIV Tahun 2030. Ini bukan sesuatu yang susah, jika strateginya bisa kita sampaikan dengan baik kepada masyarakat. Strategi yang pertama yaitu Suluh atau Edukasi. Kita harus terus menerus melakukan edukasi atau sosialisasi atau penyuluhan HIV-AIDS kepada seluruh masyarakat, jangan sampai masyarakat tahu mitos atau berita-berita hoax yang salah dan terlanjur beredar di masyarakat. Kita harus berikan informasi yang benar untuk memperbaiki informasi yang salah di masyarakat. Strategi kedua adalah Temukan, semua masyarakat yang memiliki perilaku berisiko harus melakukan tes HIV di faskes terdekat. Yang ketiga adalah Obati. Jangan sampai prosesnya hanya berhenti saat ditemukan, tetapi juga harus segera diobati dengan ARV. Dengan target 6 bulan setelah pengobatan, virusnya sudah tidak terdeteksi sehingga tidak ada yang mengganggu kekebalan tubuh ODHIV, imunitas membaik dan bisa hidup normal seperti manusia biasa. Yang terakhir, Pertahankan. Artinya pengobatan ARV tetap dilakukan sepanjang hidup ODHIV agar imunitasnya tetap terjaga. Keempat hal tersebut merupakan kunci keberhasilan penanganan HIV dan biasa kita singkat dengan STOP HIV-AIDS. Karena bagaimanapun masyarakat juga perlu tahu bahwa pemerintah sudah sedemikian rupa menyiapkan anggaran yang sangat cukup untuk memastikan bahwa tata laksana khususnya untuk penyakit HIV ini bisa diatasi dengan sebaik-baiknya. Sehingga nanti eliminasi HIV tahun 2030 betul-betul bisa tercapai. “Semoga peringatan Hari AIDS kali ini membawa paradigma baru bagi masyarakat untuk percaya diri menghadapi eliminasi HIV dengan target tahun 2030, tentunya dengan strategi dan cara yang terbaik. Perilaku hidup bersih dan sehat kita kerjakan. Bagi yang belum sakit jangan sakit dengan menghindari potensi penularan. Bagi yang sudah sakit atau yang merasa berisiko segera ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk segera diberikan tata laksana yang terbaik.” himbau Dr. Erwin Berikutnya adalah hilangkan stigma dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat dan juga tenaga medis supaya tidak menghambat akses untuk mendapatkan pengobatan. Selain itu kita juga bermitra dengan teman komunitas dalam membantu untuk menjadi pendamping minum obat. Dengan kolaborasi dan bergerak bersama semua pihak, maka bisa wujudkan mimpi kita eliminasi HIV-AIDS tahun 2030. Berita ini disiarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Nomor Telepon (031) 8280910/ 8430313, No. WA 081334367800, Email: humas.dinkesjatim@gmail.com
LAKIP


CACAK