KUATKAN IMPLEMENTASI GERMAS, KADINKES JATIM : AYO UBAH PARADIGMA SEHAT DENGAN FOKUS PADA GERMAS
2024-09-14 06:32:19 || Sudah dibaca sebanyak : 39X
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono Sp.PD.-KPTI., FINASIM. mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk mengubah paradigma sehat dengan fokus pada Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
“Beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menerapkan GERMAS antara lain melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban yang sehat.” ujar Prof. Erwin.
Dengan mengimplementasikan GERMAS, masyarakat diharapkan bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri. Untuk mendukung hal tersebut, Dinkes Jatim telah meluncurkan beberapa aplikasi yang memungkinkan masyarakat bisa melakukan skrining kesehatan secara mandiri.
“Misalnya aplikasi e-TIBI yang dapat digunakan untuk skrining penyakit tuberkulosis secara mandiri, aplikasi e-Desi untuk mendeteksi dini faktor risiko terkena hipertensi, Sigalon untuk mendeteksi dini kasus low vision (penurunan kemampuan penglihatan), serta e-Detik yang membantu para ibu hamil, dalam memantau perkembangan kondisi kehamilannya, terutama bagi mereka yang masuk dalam kategori risiko tinggi. Dengan menggunakan aplikasi ini, ibu hamil dapat secara mandiri mengetahui kondisi kesehatannya setiap minggu, tanpa harus sering bolak-balik ke fasilitas kesehatan.” jelas Prof. Erwin.
Lebih lanjut, melalui aplikasi itu masyarakat tak hanya mendeteksi risiko suatu penyakit secara mandiri, tapi juga mendapat edukasi terkait penyakit tersebut karena aplikasi itu didesain juga sebagai media edukasi. Untuk melengkapi, Dinkes Jatim juga tengah menggodok e-Diabetes untuk deteksi dini dari kemungkinan terkena diabetes.
Dengan diketahui adanya faktor risiko, lanjutnya, bisa dicegah jangan sampai kemudian terkena penyakit. Dalam hal ini penekanannya pada aspek promotif dan preventif.
Diakui, saat ini sistem kesehatan di Indonesia masih berfokus pada upaya kuratif (pengobatan) yang memakan biaya sangat besar.
“Di negara maju uangnya habis untuk kegiatan promotif preventif, tapi hasil akhirnya masyarakat sehat, sementara di negara kita uangnya habis untuk upaya kuratif dan hasil akhirnya meninggal. Hal itu terjadi karena sudah terlanjur jadi sindrom metabolik, terlanjur terjadi keganasan dan itu pengobatannya relatif lebih susah,” paparnya.
Oleh karena itu, Prof. Erwin berpesan kepada masyarakat agar selalu menerapkan Germas demi mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkualitas.