31% PASIEN TB MDR DI JATIM TIDAK MENJALANI PENGOBATAN

2015-10-23 10:00:37 || Sudah dibaca sebanyak : 1777X

Data pasien TB MDR (Tuberkulosis Multi Drug Resistant) di Jawa Timur pada tahun 2015 menunjukkan masih banyak pasien TB MDR yang tidak melaksanakan pengobatan dengan berbagai alasan. Jumlah pasien yang tidak melaksanakan pengobatan di tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus berjumlah sebanyak 55 orang dari 180 orang pasien TB MDR yang ditemukan (31%). Pasien yang tidak melaksanakan pengobatan ini akan menjadi sumber penularan TB yang kemungkinan besar juga TB MDR. Proporsi pasien yang tidak bersedia menjalani pengobatan di antara pasien TB MDR yang ditemukan dari tahun ke tahun terus meningkat.

Gambar: Persentase Pasien TB MDR yang tidak mejalani pengobatan di Jawa Timur tahun 2013-2015 (bulan Agustus)

Situasi ini yang menjadi salah satu bahan kajian saat diskusi dengan pakar TB MDR dari Belanda, dr. Agnes Gebhard yang juga merupakan senior TB advisor KNCV Belanda. Dari diskusi yang dilakukan di RSUD dr. Soetomo pada tanggal 20 Oktober 2015 terungkap bahwa alasan terbanyak dari keengganan pasien TB MDR untuk memulai pengobatan adalah alasan ekonomi, dukungan keluarga dan takut pada efek samping yang muncul selama menjalani pengobatan TB MDR. Memang pengobatan TB MDR memerlukan waktu yang lama dan banyak efek samping yang dialami oleh pasien yang menjalani pengobatan.

Gambar: dr. Agnes Gebhard dari KNCV Belanda (berdiri memegang buku) sedang berdiskusi dengan pasien TB MDR di Gedung TB Terpadu RSUD dr. Soetomo

Waktu yang lama (sekitar 2 tahun) dan harus datang setiap hari ke rumah sakit atau puskesmas untuk minum obat di depan petugas serta mendapatkan suntikan, menjadikan sebagian besar pasien TB MDR mendapatkan kesulitan dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Sebagian besar dari mereka akhirnya memilih untuk berhenti bekerja karena ingin mendapatkan kesembuhan. Beberapa yang awalnya bertahan untuk tetap bekerja, namun pada akhirnya mereka juga berhenti karena aktifitas mereka terganggu dengan kegiatan pengobatan yang dijalani.

Efek samping pengobatan TB MDR yang banyak dan mengganggu kehidupan sehari-hari juga merupakan tantangan bagi pasien TB MDR dan petugas yang memberikan pelayanan kepada mereka. Hanya dengan ketekunan serta motivasi yang tinggi untuk sembuh yang menjadikan pasien TB MDR tetap bertahan menjalani pengobatan hingga tuntas. Pendampingan dari tim ahli TB MDR sangat membantu pasien dalam mengatasi masalah efek samping obat.

Pasien TB MDR harus menjalani pengobatan dengan benar dan sampai tuntas. Tujuan dari pengobatan tersebut selain untuk kesembuhan si pasien juga untuk mencegah penularan dan berkembangnya kasu TB MDR di masyarakat. Semakin banyak kasu TB MDR, maka semakin berat beban kita dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu yang perlu dilakukan agar semua pasien TB MDR bersedia menjalani pengobatan adalah:

Meningkatkan motivasi pasien TB MDR dengan melibatkan mantan pasien TB MDR dan pasien yang sudah menjalani pengobatan TB MDR sebagai peer educator
Memberikan dukungan baik finansial maupun dukungan sosial agar pasien TB MDR tidak memiliki hambatan dalam menjalani pengobatan dari sisi ekonomi dan kehidupan sosialnya. Diharapkan dukungan ini dapat berasal dari pemerintah daerah setempat atau pihak swasta dan organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang dukungan untuk kesehatan
Memperkuat jejaring layanan hingga sampai tingkat desa (melalui ponkesdes) termasuk untuk penanganan efek samping pengobatan sesuai dengan kompetensi petugas yang ada

Semoga upaya untuk mendukungan pasien TB MDR agar bersedia menjalani pengobatan dapat semakin lebih baik di masa-masa yang akan datang

LAKIP


CACAK