JATIM BUKTIKAN TINGKAT PENULARAN PENYAKIT FILARIASIS MELALUI TAS

2015-10-14 06:42:00 || Sudah dibaca sebanyak : 1972X

JAWA TIMUR MEMBUKTIKAN TINGKAT PENULARAN PENYAKIT FILARIASIS MELALUI KEGIATAN TRANSMISSION ASSESSMENT SURVEY (TAS)

 

[B. timori thick smear, Giemsa] [B. malayi] [W. bancrofti] Lymphatic Filariasis(LF) atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh tiga jenis cacing yang berukuran kecil, yaitu filaria Wuchereriabancrofti, Brugiamalayiand Brugiatimori. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang disebarkan nyamuk pada manusia.  Cacingfilaria dapat merusak saluran getah bening dan membuat penderitanya menderita kecacatan menetap dalam bentuk pembengkakan pada tungkai atau anggota tubuh lainnya. Diperkirakan ada sekitar 120 juta orang di dunia terinfeksi cacing filaria. Dari jumlah tersebut, sebanyak kurang lebih 40 juta orang mengalami kecacatan kronis seperti pembesaran kaki (kaki gajah), pembesaran buahzakar (hidrokel) atau pembesarn organ tubuh yang lain (lengan, payudara). LF membuat penderitanya kesulitan beraktifitas atau bekerja normal.Kondisi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi yang diperkirakan secara global sekitar 4 milyar Dollar Amerika.

   

Wuchereriabancrofti                                   Brugia.malayi                                     Brugia.timori

  

        Lymphoedema                                                                         Hydrocoele

Tahun 1997, the World Health Assembly membuatresolusi 50.29 untuk eliminasi filariasis sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat di tahun 2020. Resolusi ini disambut WHO dengan meluncurkan Global Elimination Lymphatic Filariasis Program (GELFP) pada tahun 2000, dengan strategi utama Pemberian Obat PencegahanMassal (POPM) filariasis untuk memutuskan rantai penularan penyakit., Selain itu juga dilakukan penatalaksanaan kasus kronis pada mereka yang telah mengalami kecacatan menetap. POPM filariasis dilakukan dengan memberikan kombinasi obat Diethyl Carbamazine (DEC) dan Albendazole, sekali setahun selama lima tahun berturut-turut di kabupaten/kota yang dinyatakan endemis LF.

Kasus filariasis di Jawa Timur dari tahun ke tahun selalu ditemukan, namun jumlahnya sedikit dan ditemukan dalam kondisi sudah kronis. Kondisi kronis tersebut menunjukkan bahwa pasien filariasis tersebut tertular pada waktu yang jauh sebelum kondisi kronis tersebut dialami. Perlu waktu bertahun-tahun untuk manifestasi klinis kronis berupa pembesaran kaki atau organ tubuh yang lainnya.

Gambar kasus Filariasis Kronis di Jawa Timur Tahun 2000-2015

Gambar Peta Kasus Filariasis di Jawa Timur

Gambar Kasus LF yang pernah ditemukan di Jawa Timur

Kasus yang ditemukan tersebut tidak serta merta menjadikan Jawa Timur sebagai daerah endemis filariasis karena dari pemeriksaan darah tepi selalu didapatkan hasil 0%. Untuk membuktikan maka dilakukan Transmission Assessment Survey.

Transmission Assessment Survey (TAS) di Jawa Timur merupakan tindak lanjut rekomendasi Regional Programme Review Group (RPRG) dalam memastikan status endemis di enam kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur, yang sebelumnya pernah menunjukkan ada hasil pemeriksaan rapid tes positif, dengan mengumpulkan data bukti ada atau tidaknya penularan aktif filariasis dengan metodologi survei yang lebih kuat yaitu survei cluster berbasis sekolah menggunakan pemeriksaan antigen dan antibody LF (lymphatic filariasis) pada anak usia 9-12 tahun.

Gambar rapid tes antigen/antibody LF

Wilayah yang diperiksa adalah Kab. Bondowoso, Kab. Pacitan, Kota Kediri, Kab. Madiun Kab. Lamongan danKab.Sumenep sebagai cluster yang disurvei. Di wilayah tersebut dipilih sekolahsecara metode sampling. Hasil pemeriksaan positif dengan ICT dan/atau Brugia Rapid akan menjadi patokan untuk menentukan status endemis atau tidak endemis di kabupaten/kota yang disurvei.Hasil sementara menunjukkan bahwa kabupaten yang disurvei bukan wilayah endemis filariasis, karena hasilnya negatif semuanya. Semoga kasus filariasis benar-benar segera hilang dari Jawa Timur.

 

LAKIP


CACAK